![]() |
Pujiana alias Puji Penthul, aktifis Lingkungan Sungai Sooko, Ponorogo. |
PONOROGO - gudang-warta.com - Usai beberapa waktu lalu Pujiana alias Puji Penthul (63) aktifis lingkungan Sooko membawa sampel air sungai yang tercampur kotoran Sapi ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo untuk uji Lab, akhirnya didapatkan hasil yang sangat mencengangkan.
Diperoleh dari hasil semua kandungan yang ada dalam air pegunungan yang bersumber dari Pudak dan mengalir ke sungai Sooko hingga bermuara di Waduk Bendo ini penuh dengan zat-zat berbahaya.
"Bahwa secara parameter fisika kimia dan mikrobiologi semua hasil berada di bawah baku mutu," jelas Pujiana Penthul.
Puji Pentol berharap atas hasil uji Lab yang merupakan angka-angka ilmiah akademisi dan bisa dipertanggungjawabkan ini menjadikan pihak Pemerintah agar segera bertindak tegas atas tindakan ngawur para peternak Sapi yang membuang limbah segar kotoran Sapinya ke sungai.
"Air sungai ini seharusnya sejuk, sehat, segar dan alami karena berada di pegunungan, tapi karena ulah warga yang tidak bertanggung jawab semua rusak dan membahayakan," jelasnya.
Dirinya berharap pada pihak terkait, agar selain menindak tegas baik berupa regulasi maupun terobosan inovasi atas pengolahan limbah sehingga tidak dibuang di sungai, juga memberi edukasi pada pengguna air.
"Saya kasihan kepada warga yang terpaksa menggunakan air kotoran sapi untuk mencuci, bahkan ada yang digunakan untuk mandi," jelasnya.
Hal lain yang menjadi sorotan Puji Penthul adalah tidak adanya kompensasi kepada para warga maupun lingkungan terdampak. Malah mereka para peternak yang selalu mendapatkan perhatian berupa bantuan Pemerintah.
Puji Penthul berpesan, bahwa nilai pelestarian lingkungan dan alam adalah bentuk modernitas manusia dalam menghargai hidupnya sebagai manusia yang beradab, beretika dan berpendidikan.
Tetapi hal tersebut selalu diabaikan tidak sesuai dengan tingkah laku pola hidup maupun kebiasaan yang justru merusak ekosistem Lingkungan sungai.
Dirinya merasa miris meskipun banyak orang mengetahui dan mengerti bahwa air sungai dengan limbah kotoran sapi tercemar berbahaya dan merusak, tapi mereka acuh dan diam seribu bahasa.
(Eko/GW/Red)